Aqiqah adalah peristiwa agama berupa penyembelihan kambing bagi bayi yang baru lahir, satu ekor kambing untuk perempuan dan dua ekor kambing untuk laki-laki, yang disedekahkan kepada kerabat dan handai taulan. Di Indonesia, ritual aqiqah tersebut dipadu dengan tradisi dan kearifan lokal sehingga menjadi sebuah peristiwa yang menarik dan penuh makna.
Sulawesi Selatan yang didominasi oleh suku Bugis dan Makassar, syukuran aqiqah ini sangat kental dengan makna penyelamatan lingkungan dan pesan moral agar melihat dalam perspektif jangka panjang sampai lintas generasi, bukan berfikir secara instan sehingga kelahiran sebuah generasi baru tidak merusak atau membebani alam sekaligus menjaga tradisi gotong royong dan memelihara kekerabatan.
Ari-ari yang merupakan bagian tubuh bayi saat dilahirkan menjadi bagian penting. Setelah dicuci, ari-ari tersebut ditanam dengan harapan agar bayi tersebut selalu ingat akan kampung halaman dimana ia dilahirkan. Pembacaan Barasanji atau syair barzanji juga umum diselenggarakan pada malam aqiqah-an. Pada acara tersebut rambut bayi dipotong dan ada pula pembagian minyak wangi kepada jamaah yang membacakan syair-syair pujian kepada Rasulullah.
Perayaan akikah diselenggarakan cukup meriah. Pada acara tersebut seluruh kerabat dan relasi diundang. Keluarga dekat telah berdatangan sehari sebelumnya untuk membantu menyiapkan pesta. Para tamu yang datang biasanya memberikan sumbangan atau kado untuk bayi. Tamu-tamu juga turut melihat si kecil yang kini telah menjadi anggota baru dalam keluarga tersebut.
Sayangnya, kekayaan tradisi dan kearifan lokal ini seringkali kurang dipahami maknanya secara utuh. Masyarakat hanya melaksanakan apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya tanpa memahami makna dan filosofinya. Sebagian masyarakat bahkan menganggap hal ini sebagai bid’ah yang harus ditinggalkan.
Sulawesi Selatan yang didominasi oleh suku Bugis dan Makassar, syukuran aqiqah ini sangat kental dengan makna penyelamatan lingkungan dan pesan moral agar melihat dalam perspektif jangka panjang sampai lintas generasi, bukan berfikir secara instan sehingga kelahiran sebuah generasi baru tidak merusak atau membebani alam sekaligus menjaga tradisi gotong royong dan memelihara kekerabatan.
Ari-ari yang merupakan bagian tubuh bayi saat dilahirkan menjadi bagian penting. Setelah dicuci, ari-ari tersebut ditanam dengan harapan agar bayi tersebut selalu ingat akan kampung halaman dimana ia dilahirkan. Pembacaan Barasanji atau syair barzanji juga umum diselenggarakan pada malam aqiqah-an. Pada acara tersebut rambut bayi dipotong dan ada pula pembagian minyak wangi kepada jamaah yang membacakan syair-syair pujian kepada Rasulullah.
Perayaan akikah diselenggarakan cukup meriah. Pada acara tersebut seluruh kerabat dan relasi diundang. Keluarga dekat telah berdatangan sehari sebelumnya untuk membantu menyiapkan pesta. Para tamu yang datang biasanya memberikan sumbangan atau kado untuk bayi. Tamu-tamu juga turut melihat si kecil yang kini telah menjadi anggota baru dalam keluarga tersebut.
Sayangnya, kekayaan tradisi dan kearifan lokal ini seringkali kurang dipahami maknanya secara utuh. Masyarakat hanya melaksanakan apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya tanpa memahami makna dan filosofinya. Sebagian masyarakat bahkan menganggap hal ini sebagai bid’ah yang harus ditinggalkan.
(Sumber : http://aqiqahmurah-jabodetabek.blogspot.com)
Keluarga kami pun tidak ketinggalan untuk menjalankan ritual tersebut. Setelah sempat beberapa kali mengalami penundaan, akhirnya pada tanggal 14 Februari 2013 pukul 11.30 WITA acara itu pun bisa terlaksana. Berhubung anak kami laki-laki, maka kami pun menyiapkan dua ekor kambing untuk di sembelih.
Acaranya pun berjalan lancar walau masih ada kekurangan disana-sini, tapi kami bersyukur telah melaksanakannya dengan sebaik mungkin.
Berikut foto-foto saat acara...
Proses Awal & Penyembelihan
0 komentar:
Posting Komentar